Pada jaman
dahulu kala , belum ada jalan kereta api dan jalan beraspal juga belum ada
aliran irigasi serta penerangan listrik. Pada pertengahan abad ke XV Masehi yang ditandai dengan Tahun
SANGKALA yang berbunyi “ SIRNA ILANG
KERTANING BUMI “, Di tanah Karangasem ini masih merupakan tanah hutan
belukar berduri dan angker, serta banyak
pohon asam besar , gombang- gombang, kolam dan sungai yang penuh lumpur encer (
embel ). Maka dari itu banyak terdapat kura-kura yang
sebesar nyiru dan masih banyak buaya yang naik kedaratan untuk memanaskan
badanya. Juga binatang liar dan buas, seperti macan, babi hutan, kijang atau
menjangan, monyet, ular besar, ayam hutan dan burung hantu yang jika malam
mengeluarkan bunyi yang menakutkan dan membuat bulu kuduk berdiri.
Hutan di
sini dari sebelah selatan seolah-olah merupakan kepanjangan dari kaki Gunung
Ciremai dan rentetannya dengan Gunung Kromong dan Gunung Guo Dalem. Menurut
cerita, hutan disini tempat bersemayamnya raja-raja lelembut yang dipimpin oleh
Maha Braja. Hutan tersebut masih kelihatan angker dan misterius, sebab pada
jaman dahulu yang menguasainya ialah bangsa jin, setan, peri merkayangan. Maka
siapa saja yang berani memasuki hutan tersebut pasti akan menemui ajalnya.
Sampai sekarangpun kadang-kadang orang masih menjumpai hal-hal yang gaib,
kiranya orang tersebut masih mau menengok bekas daerah kekuasaanya pada jaman
dahulu kala. Yang ada pada waktu itu hanya ada jalan setapak, maka dari itu
tidak ada orang yang berani lewat melalui hutan itu.
Pada suatu
waktu di daerah hutan
tersebut itu kelihatan seorang laki-laki satria, orangnya tenang, tubuhnya
kekar, dan kalau bicara seperlunya saja. Orang itu biasanya disebut Ki T.
Manggis atau Ki Danalampa namanya. Adapun rekan-rekanya yang bernama Ki Werdi,
Ki Kelipa, Ki Japar, Ki Gondea, Ki Sarif, Ki Jaya Lelana, Ki Lasem atau Nyi
Lasem dan masih banyak lagi teman-temanya. Pohon-pohon jati dan asem yang
besar-besar dipotong dan ditebang.
Setelah hutan
tersebut menjadi tanah lapang dan keadaan aman, tentram selanjutnya Ki Dana
Lampa, Ki Werdi, Ki Kelipah, Ki Japar, Ki Gondea, Ki Salem dan Ki Sarif
bersama-sama mengatur tanah tersebut untuk pesawahan, pekarangan, jalan-jalan,
irigasi dan sebagainya. Sesudah itu mencari bibit-bibit padi, gandum, jewawut,
pisang, pepaya, mangga dan sebagainya.
Lama-kelamaan
penduduk Ki Danalampa dan Ki Werdi atau baik dari orang maupun dari tetangga
pendudukan dan dari rakyatnya sendiri mendapatkan sebuah nama. Pedukuan Gombang
dan ada juga yang menyebutnya Pedukuan Karangasem, sebab tanah hutan yang
digarap dulu sebelah selatan banyak lubuk atau kedung Gombangnya dan sebelah
utara banyak pohon asem .
Para utusan
tadi tujuh diantaranya berasal dari tanah Galuh Pajajaran yang kesemuanya sudah
menguasai ilmu lahir dan batin yang sempurna . Lebih-lebih Ki Danalampa
mempunyai arti dan falsafah terdiri dari dana artinya pemberian lampah artinya
laku atau kelakuan,mengandung lambang selalu bersedia mendarmabaktikan
perbuatanya segala waktu.
Ki Werdi,orangnya
hitam manis , tubuhnya tegak, pandai dan juling atau lihai. Bicaranya tegas
tidak pernah main-main atau bergurau dalam bicara,tetapi juga wajahnya
kelihatan sadis tetapi sopan. Kalau berpakaian
senang pada yang serba hitam , ikat mantokan model tutup liwelan untuk
menutupi rambutnya yang panjang mengurai . Falsafah Ki Werdi mengandung arti
tata titi , berhati-hati,teliti dan terlaksana segala yang direncanakan dengan
sempurna.
Ki Jaya
Lelana , orangnya tinggi besar gagah perkasa,berkumis , berjambang dan berbulu
dada lebat. Sakti mandra guna kalau bicara seperlunya saja tetapi sekali
berbicara dan memerintah sambil membelalakkan matanya , sehingga yang
diperintah sambil gemetaran terus berangkat , dan ia mempunyai anak buah
mahkluk yang disayangi yaitu Ki Punuk , Ki Salip , Ki Ridung dan Ki wunut.
Ki Kelipah ,
orangnya kalem dan tenang , sedikit bicara dan banyak bekerja. Sekali bicara
yang sifatnya mengutuk langsung ada buktinya maka semua rekan dan bawahanya
sangat menyayangi dan menghormatinya .
Ki Japar ,
orangnya gagah perkasa, pendek kekar , berkumis dan berjambang tebal
bersambungan dengan bulu dadanya . kalau bicara suaranya agak besar . Ki Japar
adalah orang yang gagah perwira dan sakti mandraguna juga bekas perwira
pajajaran pilih tanding, pandai mengatur siasat perang dan mempunyai ajian dan
ilmu dari leluhur pajajaran berupa pusaka batu
kramat yang kalau di gosok- gosok dapat berubah bentuk seperti macan
siliwangi yang dapat mengeluarkan suara raungan yang menakutkan .
Ki Lasem dan Nyi Lasem bekas babu dan pesuruhan kemit kraton
pajajaran yang mempunyai kesaktian ilmu merkayangan .
Pada
pertemuan itu Ki werdi dan Ki Danalampa menyerahkan hasil karyanya kepada
pegusten dalem Cerbon agar daerah baru itu dapat di terima sebagai daerah
wilayah Cirebon yang baru dan kedua daerah tersebut minta di beri nama .
Dengan
kewaspadaan dan penuh kebijaksanaan dan atas dasar bahan-bahan yang telah di
dapat maka pegusten dalam Cerbon memberi nama pedukuan Gombang untuk pedukuanya
Ki Danalampa , pedukahan Karang asem untuk pedukuan Ki Werdi .
Kedua nama
tersebut dapat di terima dan di setujui oleh semua hadirin , karena kedua nama
tersebut telah membawa makna falsafah sejarah sendiri .setelah di setujui
nama-nama pedukuhan itu , pegusten dalem Cerbon lalu menunjuk Ki Danalampa
sebagai kepala pedukuan Gombang dan Ki werdi sebagai kepala pedukuan Karangasem
.
Sebelum
pulang pegusten Cerbon berpesan kepada Ki Werdi agar kepada para pembantunya
supaya di beri pembagian tanah untuk di pergunakan sebagai peninggalan kepada
anak cucunya di kelak kemudian hari .
Berdasarkan
pesan dan nasehat dari pegusten maka kepada yang telah ikut berjasa kepada
pedukuan ,seperti Ki Kelipah di
angkat sebagai penasehat Ki werdi di beri pembagian tanah di blok Setingal
.pada jaman dulunya setiap minggu sekali suka kelihatan ada drajat atau
bronggol Ki Japar . Ki Japar juga di
beri pembagian tanah di blok Siwalan
.dan blok Siwalan pada jaman itu di pakai tempat atau kantor penyimpanan
pusaka–pusaka, Ki Werdi . Ki Gondea di beri pembagian tanah
di blok Buyut haji ,sampai wafatnya juga di kubur di pekuburan ki buyut haji . Ki
Sarip yang memiki pusaka batu jika di gosok-gosok dapat berubah menjadi macan
Siliwangi , di beri pembagian dan sampai wafatnya beliau di kubur di atas
tanah hasil jerih payahnya sendiri yang di sebut kuburan Ki
buyut Sarip . Ki Lasem dan Nyi Lasem mendapat bagian di blok si kramat sampai
wafatnya di kubur di pekuburan si Kramat . Ki jaya Lelana yang punya pesuruh
orang Ki Punuk ,Ki Wunut , Ki Ridung yang menjaga komplek jembatan karangasem
Plumbon dan Ki Sarip di Pekulen dan masih jrahil atau masih sering mengganggu .
beliau juga di beri tempat wafatnya di pekuburan Jaya Lelana . Ki Werdi adalah
salah satu pahlawan kerja dan ahli mengatasi persoalan dalam terang maupun
gelap beliau wafat di kuburkan di pekuburan Karangasem blok Sinten selanjutnya
di sebut Buyut Karangasem sebagai nenek moyang bumi Karangasem sampai sekarang
. di Karangasem ,Pekantingan dan Peningkiran juga ada bekas-bekas peninggalan
buyut Karangasem .
Bumi berputar ,musim beredar , hari berganti
minggu ,minggu menjadi bulan dan bulan berubah menjadi tahun , tahun menjadi
windu dan sebagainya . Desa karangasem
di bawa asuhan pemerintah kesultanan Cirebon , selanjutnya pada tahun 1825 Masehi pada waktu Gubernur Jendral Betawi Tuan De Kock namanya , pada waktu itu akan membuat jalan
raya dari Banten sampai Banyuwangi yang menimbulkan terjadinya perang di
Ponegoro .sebab Keraton P. Di Ponegoro di pasang tongkat merah yang di sebut
jalan Daendels .